TUJUH DOSA
BESAR
Oleh :
HANAN WIHASTO, SHARIA DIVISION
“Setiap
manusia pasti melakukan dosa, dan sebaik-baik orang yang melakukan dosa adalah
orang yang bertaubat” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah). Dari sabda Rasulullah di
atas kita bisa menarik kesimpulan bahwasannya tidak ada satu orang pun di dunia
ini yang tidak melakukan dosa. Akan tetapi Rasulullah memberikan kabar gembira
bagi siapa saja dari umatnya yang ingin bertaubat dari dosa dengan
sebutan “sebaik-baik orang yang melakukan dosa”. Oleh karena itu, manusia
yang terbaik adalah manusia yang banyak bertaubat dari dosa-dosanya.
Pembagian dosa
Menurut
para ulama, dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa
kecil ialah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak
henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya
dengan maksiat tersebut terus memudar. Adapun pengertian dosa besar ialah
setiap dosa yang mengharuskan adanya had (hukuman) di dunia, atau yang diancam
oleh Allah dengan neraka, laknat, atau murka-Nya. Dari kedua pembagian dosa di
atas, kita akan memfokuskan pembahasan pada dosa-dosa besar dan
contoh-contohnya.
Contoh-contoh dosa besar
Nabi
Muhammad shallallāhu ’alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah oleh
kalian tujuh dosa yang membinasakan”. Para sahabat bertanya, “Apa itu?”.
Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan harta anak yatim, memakan
riba, melarikan diri dari peperangan, menuduh berzina wanita-wanita mukminah
yang suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] Syirik
Para
pembaca yang semoga dirahmati Allah, tentu banyak dari kita sudah sering
mendengar perkara ini, bahkan sebagian kita mungkin saja ada yang sudah bosan
mendengarnya. Memang sudah sangat sering kita mendengarkan permasalahan syirik,
namun banyak dari kita yang masih saja terjerumus kedalamnya secara sadar atau
tidak sadar. Padahal Allah telah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Ia mengampuni dosa yang levelnya di
bawah syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (QS. An Nisaa : 48). Bahkan di
dalam ayat lain, Allah mengancam pelaku kesyirikan dengan neraka, sebagaimana
firman Allah (yang artinya), “Barangsiapa yang menyekutukan Allah, sungguh
Allah telah mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka”
(QS. Al Maa-idah : 72). Allah dengan tegas menyatakan bahwa perkara kesyirikan
merupakan sebuah perkara yang dapat menyeret pelakunya ke dalam neraka. Maka
apakah kita tidak lagi tertarik untuk mempelajari perkara ini?
[2] Sihir
Sihir
merupakan sebuah perkara yang sudah terkenal di masyarakat. Sihir banyak sekali
macamnya. Mulai dari jengges, pelet, santet, dan masih banyak lagi. Ternyata
praktek ini juga sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang Allah ceritakan
tentang peperangan Nabi Musa dengan para penyihir fir’aun di dalam surat Thaha
yang berakhir dengan penyaliban para penyihir tersebut oleh fir’aun karena
keimanan mereka. Akan tetapi ada yang berbeda dari praktek sihir yang ada di
zaman sekarang. Kami telah melihat beberapa waktu lalu, ada seorang dukun yang
mengaku-ngaku sebagai seorang ustadz dan ia memberikan pengobatan kepada
pasiennya melalui sihir. Maka berhati-hatilah wahai saudaraku sekalian!
[3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan
benar
Dewasa
ini, sangat mudah sekali kita menjumpai pembunuhan dengan beragam motifnya.
Karena hutang, perampokan, bahkan ada yang lebih parah lagi, hanya gara-gara
rebutan lahan parkir, sebagian dari kita saling membunuh. Na’udzubillah.
Sudah lupakah kita dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Barangsiapa
yang membunuh seorang mu’min secara sengaja, maka balasannya ialah neraka
jahannam yang ia kekal didalamnya, Allah murka kepadanya dan melaknatnya. Lalu
Ia akan menyiapkan siksaan yang besar” (QS. An Nisaa : 93). Maka apakah
kita tidak takut dengan ancaman Allah pada ayat di atas, dengan balasan neraka
jahannam bagi para pembunuh?
[4] Memakan harta anak yatim
Dan
salah satu dosa besar yang kerap terjadi adalah memakan harta anak yatim. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang memakan harta anak
yatim secara zhalim, maka sesungguhnya mereka telah memasukkan api ke dalam
perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala” (QS. An
Nisaa : 10). Apabila kita telah diberi amanah oleh seseorang untuk mengelola
dana untuk keperluan anak yatim, maka janganlah sekali-kali kita berani
memakannya dengan cara yang zhalim. Apalagi jika kita sampai mengkorupsi harta
tersebut, karena Allah telah mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut
dengan neraka yang menyala-nyala. Maka berhati-hatilah terhadap harta anak
yatim wahai saudaraku.
[5] Memakan riba
Riba
merupakan sebuah duri yang banyak manusia tertusuk olehnya. Akan tetapi
anehnya, banyak dari mereka yang tidak merasakan sakitnya. Bahkan mereka merasa
manis dengan tusukan-tusukannya. Bunga yang ditawarkan oleh bank-bank
konvensional merupakan daya tarik tersendiri bagi orang yang tidak tahu. Namun
sejatinya kita harus mengetahui bahwasannya riba merupakan sebab peperangan
yang Allah umumkan kepada hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Maka
jika mereka tidak mengerjakannya (meninggalkan riba), maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (QS. Al Baqarah : 279). Apabila
Allah telah mengumumkan peperangan kepada seorang hamba, maka apalagi yang bisa
ia lakukan?
[6] Melarikan diri dari peperangan
Sungguh
pembaca yang budiman, sikap di atas merupakan sikap yang dibenci oleh Allah.
Allah mengancamnya dengan firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa yang
membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang
atau hendak bergabung dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu
kembali dengan kemurkaan Allah, dan tempat kembalinya ialah neraka jahannam,
dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS. Al Anfal :16). Dan hanya kepada
Allah kita memohon keberanian.
[7] Menuduh wanita mukminah yang suci telah berzina
Allah
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita
baik-baik yang lemah dan beriman berbuat zina, maka mereka dilaknat di dunia
dan di akhirat dan bagi mereka siksaan yang besar” (QS. An Nur : 23). Maka
siapapun orang yang menuduh wanita mukminah telah melakukan perzinaan tanpa
bisa mendatangkan empat orang saksi, sungguh dia akan masuk ke dalam ancaman
Allah pada ayat di atas apabila ia tidak bertaubat.
***************
(Dikutip dari berbagai sumber :
internet, pengajian Senin-Kamis masjid Al-Ihsan BTN, dan lain-lain).