Rabu, 25 Maret 2015

"SAYA PIKIR......SAYA PIKIR... "

INI BUKAN NASEHAT
"SAYA PIKIR......SAYA PIKIR... "
Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta ~ ternyata harus banyak memberi.
Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat ~ ternyata ada langit di atas langit.
Saya pikir, kegagalan itu final ~ ternyata hanya sukses yang tertunda.
Saya pikir, sukses itu harus kerja keras ~ ternyata kerja cerdas
Saya pikir, kunci surga ada di langit ~ ternyata ada di hatiku.
Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan ~ ternyata Tuhan hanya memberikan yang kita perlukan.
Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat ~ ternyata
yang paling cepat merespon perubahan.
Saya pikir, keberhasilan itu karena turunan ~ ternyata karena ketekunan.
Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik ~ ternyata inner beauty yang lebih menawan.
Saya pikir, kebahagian itu ketika menengok ke atas ~ ternyata ketika melihat ke bawah.
Saya pikir, usia manusia itu di ukur dari bulan & tahun ~ ternyata di hitung dari apa yang telah dilakukannya
kepada orang lain.
Saya pikir, yang paling berharga itu uang & Kekuasaan -emas- permata ~ Ternyata BUKAN juga ......yang paling
Penting dan Paling mahal itu "KESEHATAN dan NAMA BAIK".

Jumat, 20 Maret 2015

PETUALANGAN BERKERETA API.

PETUALANGAN BERKERETA API.


Oleh Dika alias Gumi

Akhirnya gw punya waktu untuk menceritakan kisah perjalanan gw menempuh ratusan kilometer jarak antara Bandung-Yogyakarta-Bogor.
# Selasa, 22 Desember 2009
Hari itu UAS terakhir tang gw hadapi sebelum liburan Natal dan Tahun Baru. Cuma satu hal yang memenuhi pikiran gw sore itu: keberangkatan gw ke Yogyakarta pada malamnya. Tiket kereta Lodaya Malam udah gw beli sejak seminggu sebelumnya. Gw yakin betul bahwa jam keberangkatan gw adalah jam 10 malam. Karenanya, gw memastikan bahwa Arnol akan membantu gw untuk menuju stasiun kereta Bandung pada jam9 malam. Sejak gw memiliki keinginan ke Jogja, gw udah melakukan pengecekkan jadwal kereta sejak dua minggu sebelum tanggal ini. Entah kenapa, gw yakin betul bahwa kereta Lodaya akan berangkat jam 10 malam.
Setelah gw packing, gw siap berangkat jam 8.30 malam, dan sambil menunggu jam 9 malam, gw mengobrol dengan Obey seputar banyak hal. Sampai jam 9 kurang, akhirnya gw meminta Arnol untuk mengantar gw ke Stasiun Bandung. Setelah pamit dengan semua anak Tambang 2008 yang ada di Kontrakan, gw pun bersiap dengan Arnol di depan rumah. Tiba-tiba gw ingin memastikan kembali bahwa tiket kereta udah ada di dalam tas gw. Gw pun membuka tas dan melihat:
Tiket Kereta LODAYA MALAM
Berangkat : Bandung 20.00
Tiba : Solobalapan 05.30
Tiba-tiba gw merinding disko, dan bertanya pada Arnol, “Nol, jam 20 itu jam berapa ya?”
Arnol menjawab, “Jam 8. memang kenapa?”
Gw membalas, “Gw ketinggalan kereta nol! Gw kira jam 10 malam!”
Arnol bingung, “Apa? Kau ini gimana dik, kenapa ngga dicek dulu?”
Oke, gw hanya bingung dan akhirnya bilang, “Yaudah nol, kita ke stasiun dulu aja.”
Dan sebelum Notes itu dipublikasi, ini adalah rahasia besar gw. Sekarang gw memutuskan membaginya pada kalian semua.
Perjalanan menuju stasiun sangat dingin. Gw bingung harus ngapain. Oh Tuhan, gw telah menyia-nyiakan tiket seharga 190ribu rupiah! Dalam hati gw nyesel banget ini bisa terjadi. Gw juga bingung kenapa sebelumnya gw yakin banget kalo keretanya berangkat jam 10 malam. Dan ini baru awal dari kebodohan gw yang lain.
Sesampainya di stasiun, ditemani Arnol, gw menuju satpam stasiun, dan malah bertanya, “Pak, Lodaya Malam udah berangkat belum?”
“Ya udah lah. Tadi jam 8.”, jawab Pak Satpam
Dengan muka pasrah gw bilang, “Pak, saya ketinggalan kereta, mestinya naik Lodaya tadi, gimana ya pak?”
“Ya hangus jadinya tiketnya.”, sungguh jawaban mamang satpam tidak solutif.
Gw pun beringsut pergi menuju pusat informasi stasiun, berharap ada secercah cahaya harapan.
Lagi-lagi gw curhat sama bapak-bapak, tapi yg ini Bapak Informasi, “Pak saya ketinggalan kereta bla bla bla …”
Bapak informasi malah bilang, “Coba kamu ke kepala stasiun aja”
Lagi-lagi tidak solutif. Gw pun beringsut-ingsut menuju kantor kepala Stasiun.
Lagi-lagi gw curhat, “Pak saya tadi ketinggalan kereta… bla bla bla…”
Bapak kepala stasiun malah ceramah ke gw, “Hah? jam 10 darimana? Lodaya ya jam 8. Ya sudah kalo gitu kamu dari sini naik kereta terakhir aja ke Kroya . . .
oke, gw ngga tau Kroya itu dimana. gw hanya membatu
. . . dari situ kamu bisa sambung ke Yogyakarta, pake aja tiket kamu yg Lodaya, kalo malam ini kamu berangkat, tiket kamu masih bisa dipakai, tapi kalo besok, udah hangus tiketnya . . .
oke, gw masih punya harapan
. . . kereta yg ke Kroya baru datang jam 12 malam. kamu tunggu dulu aja . . .
apa? jam 12 malam? sekarang kan baru jam setengah 10 malam
. . . dari Kroya sampai Jogja kira-kira masih 3 jam lagi tapi.”
oke, bapak itu akhirnya mengakhiri pembicaraannya. Gw dan Arnol kembali ke peron stasiun dan terduduk, sambil meminta maaf ke Arnol telah merepotkannya. gw bingung parah.
Ngga lama, datanglah seorang satpam yang ngajak ngobrol, tapi sayangnya diakhiri dengan kalimat, ” … tapi maaf mas, bukannya saya ngusir, tapi jam segini stasiunnya harus kosong dari penumpangnya.”
Gw hanya menelan ludah dan melangkah keluar. Fine. Ini adalah sebuah kibaran bendera perang antara Stasiun Kereta dengan Jiwa Gw. Gw keluar dengan pasrah dan mencari makan.
Hal paling penting yg dibicarain satpam itu adalah, “Kereta ke Kroya itu tapi belum tentu berhenti di sini. Tapi dia pasti berhenti di Kiaracondong”
Kalimat itu benar-benar menghantui gw dan Arnol. Arnol angkat bicara, “Dik, mending kita ke Kiaracondong, daripada di sini, belum tentu keretanya berhenti.”
Gw pikir-pikir, iya juga ya. Setelah makan, gw dan Arnol langsung melesat menuju Stasiun Kiaracondong.
Jangan harap stasiun itu stasiun yang bagus. Warnanya PINK! dan dipenuhi orang-orang ‘malam’ dengan berbagai karakter. Paling ngga, gw sedang dengan orang yang tepat. Arnol = Tarung Derajat.
Oke, gw merasa aman.
Gw duduk di depan sekumpulan orang yang asik menonton TV, dan dilewati oleh banyak orang berseliweran dengan potongan yang ngga jelas. Bahkan Arnol sempet bilang, “banyak orang aneh ya dik di sini?”. Gw setuju. Tapi susah mengatakannya karena takut didengar salah satu mereka. Bahkan usaha gw mencari orang yang satu jurusan dengan gw pun jadi sia-sia. Alhasil gw harus siap berangkat sendiri.
Setelah hampir 2 jam menunggu, gw akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Bagian Informasi Stasiun Kiaracondong, karena gw sempat mendengar pengumuman, tapi hanya samar-samar terdengarnya.
Dan ternyata, saat itu jam 12 malam, bapak informasi bilang,
“wah, keretanya terlambat mas. kira-kira nyampe stasiun ini jam 2 kurang seperempat.”
APA? APA? APA?? itu bukan telat namanya. itu udah ngga tau diri. mau jam berapa gw nyampe Jogja?
dan gw pun meratapi nasib, sambil meminta maaf pada Arnol karena sangat merepotkan. Ditambah lagi kenyataan bahwa kereta yang gw nanti-nanti adalah kereta ekonomi yang pasti dipenuhi banyak orang.
Gw akhirnya menunggu, ditemani Arnol, hingga jam 2 kurang 15 di Stasiun laknat itu. Setelah beberapa disamperi orang-orang aneh yang mengajak ngobrol aneh. Tiga kata yg nge-tren di otak gw saat itu: “Untung ada Arnol”, paling ngga karena Arnol, gw ngerasa ngga akan ada yg berani nodong gw pake pisau. haha
# Rabu, 23 Desember 2009
Tanpa terasa, ini udah masuk hari baru.
Sebuah kereta datang, berwarna oranye. Penuh dengan orang dan batin gw berkata, “dik, lu pasti bisa. keretanya ngga seburuk yg lu bayangkan ko. tenang. tenang. pasti bisa.”
Mungkin ada ribuan kali gw menyebut nama Tuhan, terus berdoa meminta keselamatan.
Akhirnya gw masuk ke dalam kereta itu, dan berbalik sebentar. Pamit sama Arnol, dan meminta didoakan. Gw hanya berpikir, “gw akan keluar dari zona aman gw. Semoga Tuhan tetap melindungi gw.”
Setelah bolak-balik gerbong, gw tidak menemukan satu pun tempat duduk. Gw pun kembali ke tempat gw naik, sebuah lorong derita. Dan terakhir kali melihat Arnol, sampai akhirnya kereta bergerak.
Keretanya berangkat!!!
Lalu, gw berpikir, lantai sebelah mana yg mau gw pakai duduk?
Gw pun melihat seorang bapak yang akan duduk, tapi ngga punya alas, gw pun menawarinya koran.
Bapak itu menerimanya. Gw pun ikut duduk di sebelahnya. Kemudian mulai mengobrol, dan (lagi-lagi) curhat, “iya pak, saya tadi ketinggalan kereta.. bla bla bla…”
Bapak itu sedikit menertawai gw karena menyia-nyiakan tiket yg udah gw beli. Tapi dia memberi nasihat dan petunjuk gimana cara gw bisa sampai Jogja. Sejujurnya gw hanya butuh penjagaan selama dalam kereta.
Bapak ini udah cukup tua, mungkian 50an tahun. Namanya Bapak Rasikun, tinggal di dekat pasar Gomong. Kerjanya ngga tentu, tapi sekarang sering jadi kuli. Kuli apapun itu. Dia bilang, “kalau saya punya anak seumuran kamu, saya ngga akan kuliahin dia. Biar aja di saya dorong dari belakang untuk nyari ilmunya sendiri. biar kerja dan dapat ilmunya dari situ. Saya akan titipkan ke orang supaya dididik”. Sejujurnya gw bingung untuk merubah jalan pikiran bapak ini, jadi gw hanya mendengarkan saja, karena dia juga nampak asyik bercerita. Dia bilang, “saya ngga percaya sama perguruan tinggi, pokoknya semua instansi negara. mereka cuma ngeutamain uang. yang punya uang yang lolos. saya dulu pernah … bla bla bla… “. Intinya dia sakit hati saat mau masuk Akmil, hanya dikalahkan oleh orang yg beruang, sementara dia yang tinggal Pantuhir (Pemantauan Terakhir, red.) harus disisihkan. Yang mana penilaian Pantuhir memang bisa saja subjektif. Dia juga cerita dulu dia itu bandel saat SMA, saat akan kelas 3, dia kabur ke Sumatra. Kerja cari uang. Bahkan sempat pernah jadi Penyelundup dari Malaysia ke Indonesia. Dan dia menceritakan mekanisme penyelundupan itu yang sejujurnya ngga gw ngerti sama sekali. Tapi itu udah lamaaaa banget.
Bapak Rasikun ini bercerita banyak. Sementara gw berusaha menahan kantuk demi kemanan barang-barang gw juga. Tapi akhirnya gw menyerah. Gw tertidur sambil duduk di lorong derita itu. Benar-benar lorong derita.
Menjelang subuh, bapak itu pergi. Gw kira hanya sebentar. Ternyata ngga balik-balik lagi. gara-gara dia udah dapet TEMPAT DUDUK. Asem banget deh!
Saat matahari terbit, akhirnya gw dapet tempat duduk. Bersama dua orang ibu dan dua anaknya yg bertingkah aneh. Ngga lama, gw memutuskan pindah ke dekat bapak Rasikun. Tapi saat gw lewat, bapak rasikun ngga menggubris sama sekali. Gw pun duduk bersama ibu berkerudung ungu.
gw : “bu, kalo Kroya masih jauh ngga?”
ibu kerudung ungu : “Oh udah ngga begitu jauh ko. emang ade mau ke mana?”
gw : “Ke Kroya bu. Tapi mau ke Jogja sih. Saya tadi malam ketinggalan kereta.”
ibu kerudung ungu : “Oh, mendingan kamu turun di Maos, trus naik bis. Lebih cepat. Kamu dari Jakarta ya?”
gw : alamak. apanya yg jakarta? “Ngga bu. Saya dari Bogor. Iya, tapi kata kepala stasiun di Bandung saya disuruh pindah kereta aja”
ibu kerudung ungu : “oh gitu, yasudah, di Kroya ada ko kereta ke Jogja”
terima kasih ibu kerudung ungu. gw pun akhirnya merasa agak tenang.
Jam 9. si ibu kerudung ungu bilang, “Ini Kroya dek..”
Mata gw melihat ke luar dan benar-benar melihat: KROYA
Akhirnya sampai ke Kroya.
Gw turun dari kereta, dan menuju pusat Informasi stasiun Kroya. Dan gw bertemu Bapak Rasikun.
“Pak, makasih ya buat pas di kereta”
“Oh iya, ngga masalah ko!”
Dalam hati, tapi asem aja gw ampe ditinggal tadi. huh.
Paling ngga, perjalanan gw untuk sampe Kroya sudah lunas. Tinggal perjalanan menuju Jogja.
Gw pun bertanya pada Bapak Informasi Stasiun Kroya.
“Kamu naik aja kereta Pasundan, itu nyampe sini sekitar jam 1 kurang 15 menit”
APA? Gw harus menunggu sampai 3 jam lebih lagi.
Kroya itu stasiun besar. Tapi jangan harap kayak stasiun Bandung. Kroya itu versi sangat sepinya. Ada beberapa pengamen dan pedagang liar. Dan gw sempat beberapa kali ‘dipantau’ bebeapa dari mereka, akhirnya gw memustuskan masuk ke sebuah tempat makan dengan judul : King’s Donuts
Oke, ini plagiatan Dunkin. Tapi.. ini sih Donat SALMAN! dan masa 3ribu!!! ASEM!
Yang lebih asem lagi, saat gw makan sambil membaca majalah, ada ORANG GILA datang. Dia makan di sebelah kanan gw! Dan ngga diusir!! GILA BANGET!
Gw pikir satu stasiun ini gila semua!
Akhirnya gw menunggu dengan tidak jelas di stasiun itu. Keliling-keliling sambil memotret beberapa sudut stasiun. Dan gw hanya berpikir: “I must be carefull, because I’m in the middle of no where”
Sampai sekitar jam 1 kurang, datanglahj sebuah kereta yang sama persis dengan kereta yang gw naiki tadi malam. Kereta ini kereta PASUNDAN, dari Bandung menuju Surabaya.
Gw pun duduk lagi di sebuah lorong derita yang lebih parah dari sebelumnya. Saat kondektur datang, gw hanya bisa bilang, “Pak saya tad malam ketinggalan kereta” dan tiket gw diperiksa. Setelah kereta meninggalkan Kroya dan sampai di stasiun Gombong. Gw pun dapat tempat duduk. Gw duduk bersama Mbak Kerudung Bunga-bunga dan dua ibu yang turun di kota apa gitu gw lupa. Ternyata, Mbak KBB ini menuju stasiun yang sama: Stasiun Lempuyangan. Yaitu stasiun di Yogyakarta, khusus untuk kereta ekonomi atau bisnis saja.
Dua jam setengah yang gw tempuh dari Kroya sangat jauh lebih tenang daripada perjalanan gw saat masih menuju Kroya. Bahkan gw bisa tidur sebentar. Sampai akhirnya, waktu menunjukan sekitar jam 4 sore, Mbak KBB berkata,
“Ini Lempuyangan mas!”
OH TUHAN! Alhamdulillah, Pengen sujud sukur rasanya.
Kereta berhenti, gw pun keluar. Dalam hati sangat bersorak. Gw berhasil sampai YOGYAKARTA!!
Finally, it’s Yogyakarta!!!
Gw pun bertemu Uki, dan segera beranjak dari Stasiun Lempuyangan.
Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau telah senantiasa menjagaku sampai ke Yogyakarta.
Gw pun meng-sms Arnol, “Nol, udah sampai Jogja nih. Makasih banyak ya nol”
Sms balesan dari Arnol : “Syukurlah Dik.. jangan lupa oleh2 ya.. hehe”
oke!!
***
Perjalanan atau yang mulai sekarang gw sebut: Petualangan itu berlanjut di Jogja.
Gw bertualang bersama Uki dan ketidaktahuan yang amat sangat menuju banyak tempat.
Mungkin akan diceritakan dalam foto-foto (yang sampai saat ini belum bisa gw upload) nanti. hehe
***
Gw hanya ingin menyampaikan sesuatu dalam Notes gw ini:
Jangan menyerah meski saat lu berpikir ngga punya harapan. Saat lu melakukan kebodohan, seperti gw, pasti akan ada suatu kecerdasan baru yang Tuhan kasih dengan cara apapun.
Gw memang kehilangan 190ribu rupiah untuk perjalanan dengan kereta terbaik, tapi gw dapet pengalaman yang nantinya belum tentu gw dapet selain di malam itu.
Karenanya gw ingin berterima kasih banyak kepada:
kepala stasiun Bandung, staf informasi st.Kiaracondong, Bapak Rasikun, ibu berkerudung ungu beranak 2, stasiun Kroya, mba kerudung bunga-bunga, Uki, pegawai TransJogja, Mas Tanto, and absolutely, Arnol!
Juga pada Mas Tanto, orang yang baru kenalan saat perjalanan pulang yogya-gambir, karena mentraktir makanan dan minuman selama 8 jam perjalanan gw di kereta. :P
Tuhan emang adil. hehe.....

Kamis, 12 Maret 2015

Mudah Marah Ataupun Tersinggung? Ini dia Cara Mengatasinya


Mudah Marah Ataupun Tersinggung? Ini dia Cara Mengatasinya.......

Salah satu perkara yang selalu membuat kita
lemah adalah timbulnya rasa tersinggung dihati kita. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, paling tidak kita akan sibuk membela diri sendiri, dan akan memikirkan kejelekan orang yang membuat kita tersinggung itu . Benar begitu, kan?
Perkara yang paling membahayakan dari rasa tersinggung adalah timbulnya penyakit hati seperti rasa merendahkan orang lain dan mengumpat. Malah mungkin menfitnahnya kembali. Kesan yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan.
Bila kita marah, kata-kata jadi tidak terkawal.
Stress meningkat. Karena itu, ketabahan kita untuk “tidak tersinggung” menjadi satu keharusan.
Apa yang menyebabkan seseorang itu tersinggung?
Rasa tersinggung seseorang itu timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa
berjaya. Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan yang sebenarnya, apabila ada yang menilai kita kurang sedikit saja dari expectation kita, maka kita akan merasa tersinggung. hemmm…. Tuh kan memuja diri sendiri itu BAHAYA.
Peluang untuk rasa tersinggung akan terbuka
luas jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu cara menilai diri kita sendiri.
Yang pertama harus kita lakukan agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai secara berlebihan terhadap diri kita sendiri. Ini menurut versi saya. Karena kontrol diri adalah kuncinya.
Misalnya, jangan banyak mengingati bahwa
kita telah berjasa. Saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini saya itu. Saya seorang pemurah. Saya banyak menolong rekan-rekan. Semakin banyak kita mengaku tentang diri kita, akan makin mudah untuk membuat kita mudah tersinggung.
Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk
merendam rasa tersinggung :
Pertama, belajar melupakan.
Jika kita seorang berijazah maka lupakanlah ijazah kita. Jika kita seorang pengarah lupakanlah jawatan itu. Jika kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan.
Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar
hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali sepercik berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan dipertanggungjawabkan.
Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.
Kedua, kita harus melihat bahwa apa-apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat. Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita.
Sebenarnya kita tidak boleh memaksa orang
lain membuat sesuatu sama dengan keinginan kita. Apa yang boleh kita lakukan adalah memaksa diri sendiri memahami orang lain dengan sikap terbaik kita .
Apa pun perkataan orang lain kepada kita, walaupun sangat mengiris hati, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita lalui untuk menguji keimanan kita.
Ketiga, kita harus bersimpati.
Melihat sesuatu tidak dari sudut pandang kita. Renungkan kisah seseorang yang sedang membawa gajah berjalan-jalan, dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang gajah tersebut. Yang berada di depan berkata, “Oh indah sungguh pemandangan sepanjang hari”.
Pasti dia dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang
perjalanan, orang yang dibelakang hanya melihat punggung gajah.
Oleh itu, kita harus belajar bersimpati. Jika tidak ingin mudah tersinggung, maka cari seribu satu alasan untuk boleh menyenangkan hati orang lain . Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk menyenangkan, bukan untuk membenarkan kesalahan.
Keempat, jadikan penghinaan orang lain
kepada kita sebagai ladang peningkatan kualitas diri.
Jadikan penghinaan orang lain kepada kita
sebagai kesempatan untuk menyucikan jiwa, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW bersama sahabat- sahabatnya sedang duduk bersama. Tiba-tiba baginda bersabda: “Akan datang
selepas ini seorang ahli syurga.”
Maka muncul lah fulan bin fulan. Keesokannya juga sama, Rasulullah bersabda perkara yang sama, dan muncul fulan bin fulan yang sama. Keesokannya lagi juga sama. Rasulullah SAW bersabda perkara yang sama, dan muncul fulan bin fulan yang sama.
Akhirnya seorang sahabat Rasulullah pergi berziarah ke rumah lelaki itu, dan tidur di rumahnya untuk menyiasat apakah amalannya.
Selama tiga hari, sahabat Rasulullah itu tidak
menjumpai apa-apa ibadah yang hebat, yang besar,yang menarik. Akhirnya dia menyatakan hajat sebenarnya tidur di rumah lelaki itu. Lelaki itu menjawab:
“Ibadahku adalah sebagaimana yang kau lihat. Tiada yang menakjubkan. Biasa-biasa sahaja .”
Sambung lelaki itu: “Tetapi di dalam hatiku tidak ada sangka buruk, rasa benci, kepada saudara-saudara mukminku.”
Memaafkan. Memaafkan dengan dada yang lapang. InsyaAllah yang lain akan datang kemudian. Kelapangan hati, ketenangan jiwa, kesegaran roh, akan hadir kepada kita insha Allah. Pasti.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah- lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka…” Surah Ali- Imran ayat 159..
Tips Cara Mengatasi Emosi Meredam Amarah/Marah Yang Dapat Merugikan Kita Dan Orang Lain!
Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita
akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dll di sekitarnya.
Banyak orang bilang kalau menyimpan emosi secara terus- menerus dalam jangka waktu
yang lama dapat pecah sewaktu-waktu dan bisa melakukan hal-hal yang lebih parah dari orang yang rutin emosian. Oleh sebab itu sebaiknya bila ada rasa marah atau emosi sebaiknya segera dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan manusia lain.
Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :
1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb…
A. Beberapa Cara Untuk Meredam Emosi / Amarah Diri Sendiri :
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain.
Nah, sekarang tukar posisi di mana anda menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas anda akan cengar-cengir sendiri.
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian anda pada sesuatu yang anda sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Contoh seperti mendengarkan musik,
main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya.
Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, memakai narkoba, dan lain sebagainya.
4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak
membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita
percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak
kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, isteri/suami, orang tua, saudara, kakek
nenek, paman bibi, dan lain sebagainya. Dan sebaik-baiknya tempat curhat adalah Allah Azza wa Jalla.
5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi
Ketika pikiran anda mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan
bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira- kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.
6. Ingin Menjadi Orang Baik
Orang baik yang sering anda lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti anda ingin dipandang orang sebagai orang yang baik. Kalau ingin jadi penjahat, ya terserah anda. Hehee
7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan anda. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata :
“ya ampun…. sama yang kayak begini aja kok
bisa marah, nggak penting banget sich…!” Hwhehee….
8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah anda memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut anda layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar- besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.
9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup anda maka semakin banyak hal yang perlu anda raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup anda setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu anda yang berharga.
10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik .Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Anggap
kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar anda dan jika perlu mintalah
bantuan orang lain untuk mengatasinya.
B. Cara Untuk Meredam Emosi / Amarah Orang Lain.
Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.
Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena
kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahannya. Lawan api dengan air, jangan lawan api dengan api. Semoga berhasil menjinakkan emosi rasa marah anda.
INGAT…!
Menurut rumus dan formulasi dari saya
Marah + Emosian = Buang waktu& Energi.
Dan terlebih penting, jaga sikap kita agar tidak menyinggung orang lain apalagi sampai menimbulkan kemarahan.
Semangat…!

Senin, 09 Maret 2015

" KEDAHSYATAN SEBUAH SENYUM "

" KEDAHSYATAN SEBUAH SENYUM "


(dikutip dr milis Student-emba) :

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman,
atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana . Demikian
layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang
memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada
tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya
adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada
setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak
bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran
McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin
dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan
meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk
yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap
orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula
antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat
mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui
suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang
saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan
tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih
pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum"
kearah saya.
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima
'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung
beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.
Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya
'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan
tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera
menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki
dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin
setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya
bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya
pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari
koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah
menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan
menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua
orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang
mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat
itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti
juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta
diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di
counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk
suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan
melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk
beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan
meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata
biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian
berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada
di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk
lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua
lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan
mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat
duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya
sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan
dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku
dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu
kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami
telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang
lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu
persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan
kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap
"Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang
berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan
lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu,
dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung
menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah
kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya
lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang
tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya
betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan
harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas,
ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini
kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai
kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia
mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen,
dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang
dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang
kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu
berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya
diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya
dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'
dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya
lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh
para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai
cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI
SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan
bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN
SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan
menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak
hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang
membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari
kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK
di dalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk
berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang,
akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya!
Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka,
tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu
tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang
tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN
MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan
semua itu dari pengalaman dirimu sendiri

Selasa, 03 Maret 2015

CARA HITUNG ROYALTI BUKU

Cara Hitung Royalti Buku

(Cikeas, 29 November 2013)
Bagi penulis buku, royalti adalah salah satu sumber pemasukan. Memang, bukan hanya dari royalti karena masih ada sejumlah sumber penghasilan lain untuk penulis profesional seperti jual putus, menjadi penulis pendamping (co writer), penulis bayangan (ghost writer), penulis artikel, ikut lomba dan lain sebagainya. Banyak sekali sumber pemasukan buat penulis profesional.
Namun, yang paling populer di kalangan penulis adalah royalti. Padahal, kedatangan royalti tidak setiap hari atau setiap bulan. Royalti berasal dari penerbit dengan sistem berkala, mulai dari setahun 4 kali (triwulanan), 3 kali (kwartal) atau 2 kali (semesteran). Setiap penerbit memiliki sistemnya sendiri-sendiri. Meski tidak hadir setiap bulan, sebagian besar penulis masih mengandalkan royalti sebagai sumber pemasukan, sehingga karena datangnya jarang, banyak penulis yang mengalami kesulitan dalam mengatur keuangannya. (Soal ini nanti dibahas lebih lanjut pada artikel lainnya, dan dikupas tuntas dalam Program Penulis Profesional dan Writerpreneur).
Berikut ini adalah cara menghitung royalti yang dilakukan penerbit.
Besaran royalti antara paling kecil 5% sampai yang paling besar 12%, tergantung kualitas penulis dan prestasi penjualan buku. Rata-rata penerbit termasuk penerbit besar seperti Grup Gramedia menerapkan standar royalti 10%. Hitungan ini memakai asumsi rata-rata royalti yaitu 10%.
08 - Royalti Buku
BESARAN ROYALTI
Rumusnya:
Harga jual buku X jumlah cetakan X 10%
Kita anggap saja harga buku adalah Rp 50.000,-, dan buku yang dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Standar jumlah cetakan setiap penerbit berbeda, namun biasanya antara 2500-4000. Jika yakin dengan kualitas buku dan prospeknya, bisa saja penerbit mencetak 10.000 ekesemplar.
Contoh:
Rp50.000,- X 3000 eksemplar X 10%
= Rp15.000.000,-
Royalti dibayarkan sesuai dengan kondisi penjualan buku. Mulai dari masuk ke toko buku, sampai buku habis. Pembayaran royalti sesuai dengan angka penjualan di toko buku. Namun, sejumlah penerbit menerapkan sistem uang muka royalti sebesar 20% (variasi antara 20%-25%) dari total royalti. Sisanya dibayar sesuai angka penjualan. Misal, dengan angka total Rp15.000.000, maka uang mukanya adalah Rp15.000.000 X 20% = Rp3.000.000. Uang muka dibayarkan ketika buku terbit atau surat perjanjian ditandatangani.
Oh ya jangan lupa, penulis adalah warga negara yang baik. Setiap royalti dipotong pajak sebesar 15% (bagi yang punya NPWP) dan 30% (bagi yang tidak punya NPWP). Jadi, Anda harus punya NPWP kalau mau menjadi penulis.
MENJADI PENULIS PRODUKTIF
Nah, kalau Anda mau menekuni dunia penulisan sebagai sumber penghasilan, maka Anda harus menetapkan dulu berapa banyak uang yang mau Anda peroleh setiap bulan. Sebut saja misalnya Rp5.000.000,- perbulan. Dengan angka itu, kita bisa menetapkan berapa buku yang harus ditulis selama setahun.
Rumusnya:
12 bulan X Rp 5.000.000,- : royalti per buku = jumlah buku.
Maka akan keluar angka 4 buku pertahun, dengan asumsi jumlah royalti perbuku adalah Rp 15.000.000,- Hitungan ini adalah hitungan di atas kertas. Kemungkinan meleset sangat besar, karena angka penjualan buku kita sulit diprediksi. Kadang bagus, kadang tidak. Bisa jadi semua cetakan terjual, bisa pula tidak, atau bisa juga dicetak ulang.
Silakan Anda hitung sendiri, berapa banyak Anda harus menulis dalam setahun, untuk mendapatkan pemasukan bulanan yang memadai. Jangan lupa pajak.

Senin, 02 Maret 2015

Kekagumanku Pada Kesederhanaan

Kekagumanku Pada Kesederhanaan

Saya meminjaminya uang? Tidak. Dengan tegas saya katakan, “Jual mobilmu saja, gantilah dengan mobil yang lebih sederhana agar kamu bisa membayar hutangmu.”
“Hah! Menjual mobil, apa kata dunia?” jawabnya.
Rupanya ia memiliki banyak kekhawatiran bila hidupnya sederhana. Ia khawatir ditinggal mitra bisnisnya, tidak mendapat penghormatan dari orang lain dan sulit masuk pergaulan orang-orang elit. Menurut saya, orang yang seperti ini mempersulit hidupnya. Dalam jangka panjang justru dia akan kehilangan mitra bisnis dan penghormatan dari orang lain.
Sebenarnya hidup itu simpel. Sayang banyak yang membuatnya jadi rumit. Masalah yang solusinya sederhana dibuat ruwet agar telihat hebat. Semoga Anda tidak begitu. Karena, percayalah, hidup seperti itu hanya akan menyusahkan bahkan bisa menjerumuskan dan menghancurkan hidup Anda.
Coba bandingkan dengan kehidupan mas Saat, sahabat saya dari Wonosobo. Ketika bisnisnya BMT Tamzis membuka cabang di Jakarta, ia santai saja tidur di kantor bersama karyawan yang lain. Setiap Jumat sore pulang ke Wonosobo menggunakan bus.
Ia konsisten menjalankan prinsip bisnisnya: memindahkan perputaran uang di Jakarta ke Wonosobo, agar bisnis di kampung halamannya itu hidup. Sementara gaya hidupnya tetap sederhana, walau sudah “menjakarta”.
Sabtu, 30 Juni 2011, saya berkesempatan ke Wonosobo memberikan seminar dari buku ketiga saya: Tuhan Inilah Proposal Hidupku. Sahabat saya itu, walau bukan panitia, menyediakan waktu menjemput saya ke hotel untuk sarapan di kantornya.
Dari lantai 5 kantor yang kini sudah menjadi milik BMT Tamzis saya bisa melihat pemandangan indah kota Wonosobo. Ketika saya bertanya berapa aset BMT Tamzis, dia menjawab ringan “Ya, dua ratusan milyar, mas.”
Usai acara, saya dijamu lagi oleh mas Saat dan teman-teman BMT di Wonosobo. Dengan menggunakan mobil yang tidak jauh beda dengan lelaki yang punya hutang Rp 40 juta tadi saya diajak jalan-jalan sambil menikmati mie ongklok, makanan khas Wonosobo.
Kami makan di warung kecil yang sederhana. Bukan hanya mie-nya yang nikmat, suasana ngobrol dan gaya hidup mas Saat menambah nikmatnya makan siang ketika itu. Bersama mas Saat saya menghabiskan 3 mangkuk mie ongklok.
Ketika saya pamitan hendak menuju Purworejo, mas Saat berkata, “Nanti mas Jamil lewat pasar Kertek, di sebelah kiri ada toko busana Merah Putih, itu usaha keluarga saya. Silahkan kalau mau mampir.”
Sayang saya tidak sempat mampir karena harus buru-buru ke acara lain di Purworejo. Namun saya sempat melewati toko busana yang ternyata sangat besar.
Melihat toko yang besar itu saya berkomentar, “Wih, pasti omzetnya ratusan juta setiap bulannya.” Komentar saya tersebut diaminkan oleh orang yang ditugaskan mengantakan saya ke Purworejo.
Mas Saat telah mengajarkan kepada saya bahwa hidup sederhana itu ternyata membahagiakan. Rasa kagumku semakin menjadi kepada sahabatku yang bersahaja ini.
Seharusnya, batin saya, lelaki yang punya hutang Rp40 juta tadi meniru gaya hidup Insinyur yang bernama lengkap Saat Suharto Amjad ini.
Salam SuksesMulia!